Selasa, 27 Agustus 2013


REAL GDP VS. NOMINAL GDP: “DEFLASI” GDP OLEH INDEKS HARGA

                
   Kita bisa mengukur GDP untuk tahun tertentu dengan menggunakan harga-harga pasar aktual dalam tahun tersebut; ini akan menghasilkan nominal GDP, atau GDP pada harga yang sebenarnya. Tapi kita biasanya lebih tertarik dalam menentukan apa yang terjadi untuk real GDP, dimana merupakan indeks volume atau kuantitas dari barang dan jasa yang diproduksi. Real GDP dihitung dengan mengambil volume atau kuantitas produksi setelah menghilangkan pengaruh perubahan harga atau inflasi. Sedangkan nominal GDP dihitung menggunakan perubahan harga, dimana real GDP menunjukkan perubahan pada volume dari total output setelah perubahan harga dihilangkan.
                 
   Selisih antara nominal GDP dan real GDP adalah harga GDP, yang biasa disebut GDP deflator.
                 
   Contoh sederhananya, katakanlah bahwa sebuah negara menghasilkan 1000 keranjang jagung pada tahun 1 dan 1010 keranjang pada tahun 2. Harga dari satu keranjang pada tahun 1 adalah $1 dan pada tahun 2 adalah $2. Kita bisa menghitung nominal GDP (PQ) sejumlah $1  x 1000 = $1000 pada tahun 1 dan $2020 pada tahun 2, artinya nominal GDP bertumbuh 102 persen.
                
   Tapi jumlah output sebenarnya tidak bertumbuh. Untuk menemukan real output, kita perlu menyelidiki apa yang terjadi pada harga-harga. Salah satu pendekatan yang digunakan adalah dengan menggunakan tahun pertama sebagai tahun dasar. Tahun dasar adalah tahun dimana kita mengukur harga-harga. Untuk tujuan indeks, tetapkan indeks harga untuk tahun pertama (tahun dasar) dengan P1 = 1. Ini berarti bahwa output itu akan diukur dalam harga tahun dasar. Kita lihat bahwa GDP deflator adalah P2 = $2/$1 = 2 pada tahun 2. Real GDP (Q) sama dengan nominal GDP (PQ) dibagi dengan GDP deflator (P). Maka real GDP sama dengan $1000/1 = $1000 pada tahun 1 dan $2020/2 = $1010 pada tahun 2.


BARANG INTERMEDIAT DAN VALUE ADDED (NILAI TAMBAH)
                 

   Kita mendefenisikan GDP sebagai total produksi dari barang dan jasa akhir. Barang akhir adalah adalah satu dari yang diproduksi dan dijual untuk dikonsumsi atau investasi. GDP tidak termasuk barang intermediat (intermediate goods) yaitu barang-barang yang digunakan untuk menghasilkan barang lain. GDP jika dicontohkan adalah roti bukan tepung, dan komputer rumahan bukan chip komputer.
                 
   Untuk perhitungan dengan menggunakan pendekatan arus produksi (lihat artikel : dua cara mengukur produksi nasional (GDP) : arus barang dan arus pendapatan), diluar produk intermediat tidak memberikan dampak yang terlalu besar. Secara sederhana kita masukkan roti dan komputer dalam GDP tapi tidak untuk tepung yang akan menjadi roti atau chip dan palstik yang akan menjadi komputer. Jika anda melihat pada grafik Lower Loop  (lihat artikel : dua cara mengukur produksi nasional (GDP) : arus barang dan arus pendapatan), anda akan melihat bahwa roti dan komputer ada dalam arus produksi, tapi anda tidak akan menemukan tepung atau chip komputer.
                 
   Apa yang terjadi untuk produk seperti tepung dan chip komputer? Mereka adalah produk intermediat dan secara sederhana bersiklus pada tempat khusus yaitu “produsen”. Jika mereka tidak dibeli oleh konsumen, mereka tidak pernah bisa dikatakan sebagai produk akhir dalam GDP.
                
   Dalam membuat pengukuran pendapatan Lower Loop, para statistikan sangat berhati-hati dalam memasukkan value added perusahaan dalam GDP. Value added (nilai tambah) adalah perbedaan antara penjualan perusahaan dan pembayarannya atas material dan jasa dari perusahaan lainnya.
                 
   Dengan kata lain, dalam menghitung pendapatan GDP atau value added oleh sebuah perusahaan, para statistikan memasukkan semua biaya-biaya kecuali pembayaran-pembayaran kepada bisnis lain. Biaya-biaya bisnis yaitu upah, gaji, pembayaran bunga dan dividen termasuk kedalam value added, tapi pembayaran atas baja atau listrik bukan termasuk value added. Mengapa semua pembayaran dari perusahaan lainnya tidak termasuk value added yang terkandung dalam GDP? Karena pembayaran tersebut akan menjadi bagian dari GDP sebagai value added dari perusahaan lainnya.


DUA CARA MENGUKUR PRODUKSI NASIONAL (GDP) : ARUS BARANG DAN ARUS PENDAPATAN

                 
   Bagaimana perekonomian mengukur GDP nya? Satu cara utamanya adalah dengan menggunakan dua cara yang berbeda tapi sama. GDP bisa diukur dengan melihat arus produksi atau sebagai jumlah pendapatan.
                 
   Untuk mencontohkan cara yang berbeda tersebut untuk menghitung GDP, kita akan memulainya dengan membuat dunia sederhana dimana tidak ada pemerintah, perdagangan asing, dan investasi. Untuk beberapa saat, perekonomian kecil kita hanya akan memproduksi barang konsumsi, yang merupakan item-item yang dibayarkan rumah tangga untuk memuaskan keinginan mereka. (catatan penting: contoh pertama tersebut terlalu sederhana untuk menunjukkan ide utamanya. Dalam contoh realistisnya, kami akan menambahkan investasi, pmerintahan, dan sektor asing.)


1. Pendekatan Arus Produksi (Flow of Product Approach)
                
   Setiap tahun publik mengonsumsi berbagai jenis barang dan jasa akhir: barang-barang seperti apel, software komputer, dan celana jins; jasa-jasa seperti perlindungan kesehatan dan pangkas rambut. Kita hanya memasukkan barang akhir –barang-barang yang secara khusus dibeli dan digunakan oleh konsumen. Rumah tangga menghabiskan pendapatan mereka untuk barang-barang konsumsi ini, seperti yang ditunjukan oleh Upper Loop pada gambar diatas. Dengan menambahkan semua dollar yang dihabiskan untuk konsumsi barang akhir ini maka secara sederhana akan didapatkan total GDP perekonomian.

                
   Selain itu, dalam perekonomian sederhana kita, kita bisa dengan mudah menghitung pendapatan nasional atau produk sebagai jumlah total arus barang dan jasa akhir: (harga jins x kuantitas jins) ditambah (harga apel x kuantitas apel) dan semua barang akhir lainnya. Gross Domestic Product diartikan sebagai total nilai uang dari arus produk final yang diproduksi suatu negara.

                 
   Akuntan nasional menggunakan harga-harga pasar sebagai timbangan dalam memberikan nilai komoditas yang berbeda karena harga pasar merefleksikan nilai ekonomi relatif melalui barang dan jasa. Yaitu, harga relatif dari barang-barang yang berbeda merefleksikan seberapa besar konsumen memberikan nilai pada unit-unit konsumsi terakhir mereka dari barang-barang tersebut.


2.   Pendekatan Pendapatan (Earnings or Income Approach)

                
   Cara yang kedua untuk menghitung GDP adalah melalui akun pendapatan (juga disebut pendekatan biaya atau pendapatan). Seperti yang terlihat dalam Lower Loop gambar diatas. Terlihat bahwa dalam arus itu terdapat biaya-biaya dalam melakukan bisnis; biaya-biaya tersebut termasuk upah yang dibayar untuk tenaga kerja, biaya sewa untuk tanah, keuntungan yang dibayar untuk modal, dsb. Tapi biaya-biaya bisnis tersebut juga merupakan pendapatan yang diperoleh rumah tangga dari perusahaan-perusahaan. Dengan menghitung arus pendapatan tersebut, maka akan diperoleh nilqai GDP.

                
   Kemudian, cara kedua untuk menghitung GDP adalah menjadikannya sebagai total dari faktor-faktor pendapatan (upah, bunga, biaya sewa, dan keuntungan) yang merupakan biaya-biaya produksi dari barang final akhir masyarakat.

                
   Sekarang kita bisa menghitung dengan upper loop pendekatan produksi dan lower loop pendekatan pendapatan. Pertanyaannya, yang mana yang lebih baik? Sebenarnya, mereka adalah sama.

                
   Kita bisa melihat mengapa pendekatan produksi dan pendapatan adalah sama dengan contoh sederhana dari toko pangkas rambut. Katakanlah bahwa si pemilik toko tidak memiliki beban biaya lain selain untuk tenaga kerja. Jika mereka menjual 10 pencukur rambut dengan masing-masing harganya $8, maka GDP nya $80. Tapi pendapatannya (dalam upah dan keuntungan) juga adalah $80. Kemudian, GDP disini adalah sama antara sebagai arus produksi ($80 untuk  pencukur rambut) atau sebagai arus pendapatan dan biaya ($80 untuk upah dan keuntungan).

                
   Faktanya, kedua pendekatan ini adalah sama karena kita memasukkan “keuntungan” dalam lower loop sepanjang semua pendapatan lainnya. Apa sebenarnya keuntungan (profit) itu? Keuntungan adalah apa-apa saja yang tersisa dari pnjualan produk setelah membayar berbagai biaya –upah, bunga, dan sewa. Itu adalah penyesuai otomatis untuk membuat biaya lower loop atau pendapatan menajdi sama dengan nilai barang dan jasa dari upper loop.



GROSS DOMESTIC PRODUCT (GDP) / PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB)             



   Apa itu Gross Domestic Product? GDP adalah nama yang diberikan untuk total nilai pasar dari barang dan jasa akhir yang diproduksi oleh suatu negara dalam suatu periode tertentu (biasanya satu tahun).  Itu adalah hasil yang akan didapatkan saat menghitung uang yang disediakan untuk ditukar dengan barang dan jasa yang diproduksi negara dengan menggunakan tanah, tenaga kerja, dan sumber daya alam dan barang-barang investasi, pembayaran pemerintah, dan net export (selisih antara ekspor dan impor) untuk tanah-tanah lainnya.
                 
  Gross Domestic Product (GDP) adalah cara pengukuran yang paling komprehensif dari total output barang dan jasa sebuah negara. Itu adalah hasil jumlah dari nilai dollar (rupiah,dsb) consumption (C), gross investment (I), pembayaran pemerintah dari barang dan jasa (G), dan net exports (X) yang diproduksi oleh suatu negara selama periode satu tahun.

   Jika dinotasikan:
   
GDP = C + I + G + X
                 
   GDP digunakan untuk berbagai tujuan, tapi yang paling penting adalah untuk mengukur kinerja keseluruhan dari perekonomian.


KURVA AGGREGATE SUPPLY DAN AGGREGATE DEMAND                

   Kurva aggregate supply dan demand sering digunakan untuk menganalisa kondisi makroekonomi.





   Gambar diatas menunjukkan contoh kurva aggregate supply dan demand dalam sebuah perekonomian. Garis horizontal menunjukkan total output (real GDP) dari perekonomian. Dan garis vertikal menunjukkan keseluruhan tingkat harga (price of GDP). P untuk simbol tingkat harga dan Q untuk simbol real output.
                 
   Kurva downward-sloping adalah skedul aggregate demand, atau AD curve. Itu menunjukan apa yang setiap orang dalam perekonomian –konsumen, bisnis, orang asing, dan pemerintah- akan beli pada berbagai agregat  tingkat harga yang berbeda (dengan faktor lain yang mempengaruhi tetap konstan). Dari kurva tersebut, kita akan melihat bahwa keseluruhan tingkat harga pada angka 150, total pengeluaran akan menjadi $3000 milyar (per tahun). Jika tingkat harga naik ke angka 200, maka total pengeluaran akan jatuh ke angka $2300 milyar.

                
   Kurva upward-sloping adalah skedul aggregate supply , atau kurva AS. Kurva ini menunjukkan kuantitas barang dan jasa yang bisnis ingin produksi dan jual pada berbagai tingkat harga (dengan faktor lain penentu aggregate supply tetap konstan). Berdasarkan kurva tersebut, bisnis akan menjual $3000 milyar pada tingkat harga 150; mereka akan ingin menjual pada kuantitas yang lebih tinggi, $3300 milyar, jika harga naik menjadi 200. Saat tingkat dari total output yang diminta meningkat, bisnis akan menjual lebih banyak barang dan jasa pada tingkat harga yang lebih tinggi.

                
   Lalu bagaimana perekonomian mencapai keseimbangannya? Atau, apa yang dimaksud dengan keseimbangan? Keseimbangan makroekonomi (macroeconomic equilibrium) adalah kombinasi dari keseluruhan tingkat harga dan kuantitas dimana semua pembeli dan penjual puas dengan semua pembayaran, penjualan, serta harga-harga yang mereka dapatkan.



DEFENISI AGGREGATE SUPPLY DAN AGGREGATE DEMAND (AGREGAT PENAWARAN DAN PERMINTAAN)
                 

   Bagaimana bisa industri-industri yang berbeda saling berinteraksi untuk menentukan aktifitas ekonomi secara keseluruhan? Dibalik makroekonomi, terdapat dua variabel yang berbeda, pertama, yang mempengaruhi aggregate supply (AS), dan yang kedua, yang mempengaruhi aggregate demand (AD). Saat bagian-bagian itu disederhanakan, membaginya menjadi dua kategori maka akan membantu kita mengetahui apa yang menyebabkan dan menentukan tingkat output, harga-harga, dan pengangguran.
                 
   Aggregate supply menunjukkan total kuantitas dari barang dan jasa yang bisnis nasional ingin produksi dan jual pada periode tertentu. Aggregate supply dibagi atas tingkat harga, kapasitas produksi ekonomi, dan tingkat biaya.
                 
   Secara umum, bisnis akan menjual segalanya yang bisa mereka produksi dengan harga yang tinggi. Dalam beberapa kasus, tingkat harga dan pengeluaran (spending) mungkin saja sedang depresi, jadi bisnis akan menemukan bahwa mereka sedang mengalami kelebihan kapasitas. Dalam kasus lainnya, seperti booming (lihat artikel: siklus bisnis) saat perang dunia, industri-industri bisa saja beroperasi pada kapasitas sesuai dengan yang bisnis mampu produksi untuk menyanggupi semua orderan mereka.
                 
    Kita lihat kemudian, bahwa aggregate supply dibagi atas tingkat harga yang bisnis bisa pasok pada kapasitas ekonomi atau potensial output. Potensial output ditentukan oleh kemampuan dari input-input produktif (tenaga kerja dan modal menjadi yang paling utama) dan kemampuan efisiensi manajerial dan teknikal dimana input-input tersebut dikombinasikan.
                
   Ouput nasional dan keseluruhan tingkat harga ditentukan oleh dua sisi yang berbeda yaitu aggregate supply dan demand. Sisi yang kedua adalah aggregate demand, dimana menunjukkan jumlah total yang berbagai sektor yang bebeda dalam perekonomian ingin habiskan dalam periode tertentu. Aggregate demand sama dengan total pengeluaran atas barang dan jasa. Itu dibagi atas tingkat harga, yang ditentukan oleh kebijakan moneter, fiskal, dan faktor lainnya.
                 
   Komponen dari aggregate supply adalah consumption (mobil, makanan, dan barang konsumsi lainnya yang dibeli konsumen, investment (konstruksi perumahan dan industri, dsb), government purchases (seperti pengeluaran untuk gaji guru dan pembelian misil perang) dan net exports (selisih antara ekspor dan impor). Aggregate demand dipengaruhi oleh harga-harga dimana barang-barang dipesan, oleh berbagai sisi eksogen seperti perang, dan oleh kebijakan pemerintah.
                
   Menggunakan dua sisi dari aggregate supply dan demand, maka akan ditemukan hasil keseimbangan. Output nasional (national output) dan penetapan tingkat harga dimana pada level tersebut para demanders (pelaku demand) akan membeli apa yang akan dijual oleh bisnis. Hasil dari output dan tingkat harga (price level) menentukan tingkat tenaga kerja, pengangguran, dan perdagangan internasional.
ALAT KEBIJAKAN MAKROEKONOMI (KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER)


   Kebijakan fiskal. Kebijakan fiskal mencakup penggunaan pajak dan pengeluaran pemerintah. Pengeluarn pemerintah (government expenditures) bisa datang dari dua pola. Yang pertama adalah pembayaran pemerintah. Yang merupakan pengeluaran atas barang dan jasa –pembelian tank, konstruksi jalanan, gaji untuk para hakim, dsb. Sebagai tambahan, ada juga yang disebut transfer payments pemerintah, yang meningkatkan pendapatan untuk kelompok tertentu seperti pengangguran (di AS, pengangguran pun mendapatkan uang kompensasi dalam periode tertentu). Pengeluaran pemerintah menunjukkan ukuran relatif dari sektor publik dan swasta, yaitu, seberapa besar GDP yang dikonsumsi secara kolektif dibandingkan secara pribadi. Dari perspektif makroekonomi, pengeluaran pemerintah juga mempengaruhi keseluruhan tingkat pengeluaran dalam perekonomian dan juga pengaruhnya bagi tingkat GDP.
                
   Bagian lain dari kebijakan fiskal adalah perpajakan, yang mempengaruhi perekonomian dengan dua cara. Yang pertama, pajak mempengaruhi pendapatan orang-orang. Dengan mengabaikan rumah tangga dengan pendapatan atau pengeluaran yang lebih sedikit atau banyak, pajak mempengaruhi jumlah pengeluaran orang-orang pada barang dan jasa begitupun dengan jumlah tabungan pribadi. Konsumsi  dan tabungan pribadi memiliki peranan penting dalam mempengaruhi investasi dan output dalam jangka panjang ataupun pendek. Sebagai tambahan, pajak mempengaruhi harga barang dan faktor produksi bahkan bisa mempengaruhi perilaku.
                
   Kebijakan moneter. Instrumen utama kedua dari kebijakan makroekonomi adalah kebijakan moneter, dimana di dalamnya pemerintah berusaha untuk mengendalikan pasokan uang nasional, kredit dan sistem perbankan. Dalam hal ini Bank Sentral mempengaruhi ekonomi dengan mengendalikan rasio bunga (interest rate) jangka pendek. Bank Sentral mengendalikannya dengan cara mengatur target interest rate jangka pendek dan dengan menjual dan membeli sekuritas pemerintah untuk mencapai target tersebut. Berdasarkan operasinya, Bank Sentral memberikan pengaruh pada berbagai variabel keuangan dan ekonomi, seperti interest rates, harga saham, harga perumahan, dan rasio nilai tukar uang asing. Variabel-variabel keuangan tersebut mempengaruhi pengeluaran pada investasi, perumahan, investasi bisnis, besarnya konsumsi, ekspor serta impor.
                
   Bank Sentral adalah institusi kunci makroekonomi untuk setiap negara. Jepang, Britania Raya, Rusia, dan negara-negara Eropa semuanya memiliki bank sentral yang kuat. Dalam “ekonomi terbuka” –yaitu, satu cara terbuka bagi barang, jasa, dan arus keuangan- rasio nilai tukar juga merupakan bagian sentral dari kebijakan moneter. Kebijakan moneter adalah alat yang paling sering digunakan negara untuk menstabilkan siklus bisnis, meskipun itu kurang memberikan pengaruh saat depresi besar.

PRICE INDEX, CPI (CONSUMER PRICE INDEX), INFLATION RATE, DEFLASI, HYPERINFLATION


   Tujuan ketiga dari makroekonomi adalah kestabilan harga. Ini diartikan sebagai tingkat inflasi yang rendah dan stabil. Untuk mengendalikan harga, pemerintah membuat price indexes (indeks harga), atau ukuran dari tingkat harga secara keseluruhan. Contoh pentingnya adalah consumer price index (CPI) atau indeks harga konsumen (IHK), yang merupakan ukuran tren dari harga rata-rata barang dan jasa  yang dibeli oleh konsumen. Secara umum keseluruhan tingkat harga dinotasikan sebagai P.
   
   Ekonomi mengukur kestabilan harga dengan melihat inflasi, atau tingkat inflasi. Tingkat inflasi (inflation rate) adalah persentase perubahan dari keseluruhan tingkat harga dari suatu tahun ke tahun berikutnya. Sebagai contoh, CPI pada tahun 2006 adalah 201.6 dan pada tahun 2007 adalh 207.3. Perhitungan Tingkat inflasi sama dengan menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi, yaitu:
   
   Tingkat inflasi pada tahun t

                     Pt - Pt-1
t = 100 x      Pt-1
                    
   Kemudian kita bisa menghitung tingkat inflasi tahun 2007 dengan cara 

                                               207.3 - 201.6
t pada tahun 2007 = 100 x         201.6
                         = 2.8% per tahun

   Deflation (deflasi) merupakan ukuran saat harga-harga menurun (yang berarti  tingkat inflasi dalam keadaan negatif). Dalam masalah ekstrem lainnya adalah hyperinflation, yang merupakan kenaikan tingkat harga sebanyak seribu sampai sejuta persen per tahun. Dalam beberapa situasi, seperti di Weimar Jerman pada tahun 1920, Brazil pada tahun 1980 atau Rusia pada tahun 1990.

TENAGA KERJA DAN PENGANGGURAN (EMPLOYMENT AND UNEMPLOYMENT)
   
 
    Dari semua indikator makroekonomi, tenaga kerja dan pengangguran adalah yang paling bisa langsung dirasakan oleh orang individual. Orang-orang ingin bisa mendapatkan pekerjaan dengan bayaran tinggi tanpa mencari atau menunggu terlalu lama, dan mereka ingin mendapatkan keamanan bekerja dan keuntungan yang baik. Dalam makroekonomi, ini adalah tujuan dari  high employment (tenaga kerja yang tinggi), yang merupakan bagian dari low unemployment (pengangguran yang rendah). Unemployment rate (rasio pengangguran) adalah persentasi dari tenaga kerja (yang dalam usia kerja) yang tidak bekerja. Tenaga kerja adalah orang-orang yang memenuhi syarat kerja dan pengangguran termasuk orang-orang yang sedang mencari kerja.

   Rasio pengangguran menunjukkan status dalam business cycle (siklus bisnis): saat output jatuh, permintaan untuk tenaga kerja ikut jatuh dan rasio pengangguran meningkat. Tingkat pengangguran mencapai puncak parahnya saat Great Depression pada tahun 1930 di Amerika, dimana sebanyak seperempat dari total tenaga kerja tidak bekerja. Sejak Perang Dunia II, pengangguran di AS telah berfluktuasi tapi diikuti dengan terjadinya depresi.
PERBEDAAN GDP, NOMINAL GDP, REAL GDP DAN POTENTIAL GDP

   Output. Tujuan utama dari aktifitas ekoonomi adalah untuk menyediakan barang dan jasa yang masyarakat inginkan. Cara yang paling komprehensif untuk mengukur total output dalam perekonomian adalah dengan gross domestic product (GDP). GDP (Actual GDP) adalah ukuran nilai pasar dari semua barang dan jasa akhir –mobil, konser musik, dll- yang dihasilkan dalam sebuah negara dalam waktu satu tahun. Ada dua cara untuk mengukur nilai GDP, yaitu; Nominal GDP adalah ukuran dalam harga pasar yang sebenarnya. Dan Real GDP dihitung dalam harga-harga yang konstan atau invarian (contohnya saat dimana kita mengukur jumlah mobil dikali  dengan harga mobil dalam suatu periode tertentu, misalnya tahun 2000).                

   Real GDP adalah penyaksian yang paling dekat dalam mengukur output; karena menyajikan monitorisasi ukuran yang sangat teliti dari perekonomian negara. Tingkat pertumbuhan real GDP diukur dengan cara

   % tingkat pertumbuhan dari Real GDP pada tahun t

                         GDP t - GDP t-1
t = 100 x      GDP t-1

   Sebagai contoh, Real GDP pada tahun 2006 adalah $11,294.8 milyar dan pada tahun 2007 adalah $11,523.9 milyar. Akan didapatkan hasil bahwa pertumbuhan Real GDP pada tahun 2007 adalah 2.0 persen selama tahun 2007.

   Meskipun fluktuasi jangka pendek yang terlihat di siklus bisnis, kemajuan ekonomi secara umum selalu merujuk pada pertumbuhan jangka panjang dalam Real GDP dan peningkatan dalam taraf hidup (living standards); proses ini dikenal sebagai pertumbuhan ekonomi.
    
   Potential GDP menunjukkan tingkat output maksimum yang perekonomian bisa hasilkan, saat perekonomian beroperasi pada tingkat potensialnya, yaitu dengan tingkat tinggi dalam utilisasi penggunaan tenaga kerja dan saham modal. Saat output naik melebihi potensial outputnya, inflasi pun ikut naik, sedangkan saat berada di bawah potensial outputnya maka menunjukkan tingginya tingkat pengangguran.

   Potensial ouput diukur dengan kapasitas produktif perekonomian; dimana menggunakan seluruh input yang ada (modal, tenaga kerja, tanah, dsb) dan efisiensi dalam penggunaan tekhnologi. Potential GDP cenderung terus bertumbuh karena input seperti tenaga kerja dan modal dan tingkat perubahan tekhnologi terus berubah (lambat) sepanjang waktu.

   Selama menurunnya aktifitas bisnis, Actual GDP jatuh dibawah potensialnya, dan pengangguran meningkat. Pada tahun 1982, sebagai contoh, ekonomi AS menghasilkan sekitar kurang $400 milyar dari ouput potensialnya. Ini menunjukkan hilangnya $5000 per keluarga selama periode satu tahun.