Selasa, 30 April 2013

FUNGSI BIAYA (COST) DAN PENERIMAAN (REVENUE)

Fungsi biaya merupakan hubungan antara biaya dengan jumlah produksi yang dihasilkan. Fungsi biaya dapat digambarkan ke dalam kurva dan kurva biaya menggambarkan titik-titik kemungkinan besarnya biaya di berbagai tingkat produksi. 

Dalam membicarakan biaya ada beberapa macam biaya, yaitu:
 

a. Biaya Total ( Total Cost = TC = C)
b. Biaya Variabel (Variable Cost = VC)
c. Biaya Tetap (Fixed Cost = FC)
d. Biaya Total Rata-Rata (Average Total Cost = AC)
e. Biaya Variabel Rata Rata ( Average Variable Cost = AVC)
f.  Biaya Tetap Rata-Rata (Average Fixed Cost = AFC)
g. Biaya Marginal

 

Rumus :
 

1. C = AC x Q  atau C = FC + VC
2. FC = AFC X Q
3. VC = AVC  X Q

      

Dalam menganalisa biaya umumnya tidak terlepas dari analisa penerimaan atau revenue atau total revenue. Pengertian revenue atau penerimaan adalah seluruh pendapatan yang diterima dari hasil penjualan barang pada tingkat harga tertentu. 

1. Total Penerimaan (TR) dirumuskan TR = PQ. TR = Penerimaan Total, P = Harga Barang dan Q = Jumlah barang yang dijual.
 

2. Penerimaan Rata-rata (AR) adalah penerimaan rata-rata tiap unit produksi, dapat dirumuskan AR = TR/Q

3. Penerimaan Marginal atau Marginal Revenue adalah tambahan penerimaan sebagai akibat dari tambahan produksi, dirumuskan MR = ∆TR/∆Q. MR = Marginal Revenue,  ∆TR = Tambahan penerimaan,  ∆Q = Tambahan Produksi. 

Berdasarkan konsep penerimaan dan biaya (TR dan TC)  dapat diketahui beberapa kemungkinan diantaranya :
 

TR < TC  = keadaan untung / laba
TR= TC   = keadaan  Break Even Point
TR > TC  = Keadaan rugi.
 

Contoh Soal:
 

Sebuah pabrik Sandal dengan Merk "Idaman" mempunyai biaya tetap (FC) = 1.000.000; biaya untuk membuat sebuah sandal Rp 500; apabila sandal tersebut dijual dengan harga Rp 1.000, maka:
 

Ditanya:
 

a. Fungsi biaya total (C), fungsi penerimaan total ( TR) dan Variable Cost.
b. Pada saat kapan pabrik sandal mencapai BEP
c. Untung atau rugikah apabila memproduksi 9.000 unit

 

Jawab:
 

a. FC = Rp 1.000.000
    VC= Rp 500.
    Fungsi biaya variabel VC = 500  Q

    Fungsi biaya total C = FC + VC  >>>  C = 1.000.000 + 500 Q
    Fungsi penerimaan total  TR = P.Q >>> TR = 1.000 Qb. 
    Break Even Point terjadi pada saat TR = TC
    1.000 Q  = Rp 1.000.000 + 500 Q
    1.000 Q - 500 Q = 1.000.000
    500 Q = 1.000.000
    Q = 2.000 unit
    Pabrik roti akan  mengalami BEP pada saat Q = 2.000 unit
    Pada biaya total  C = 1.000.000 + 500 ( 2.000)
                              C = 2.000.000

c. Pada saat memproduksi Q = 9000 unit
    TR = P.Q
          = 1.000  X  9.000
          = 9.000.000

    C  = 1.000.000 + 500 (Q)
         = 1.000.000 + 500 ( 9.000)
         = 1.000.000 + 4500.000
         = 5.500.000

    Bila  TR > TC, maka keadaan laba / untung.
    laba = TR - TC
           = 9.000.00 - 5.500.000
           = 3.500.000

    Bila hanya memproduksi 1.500 unit maka akan mengalami kerugian sebesar :
    Rugi = TR - TC
            = 1.000 (1.500)  - 1.000.000 + 500 ( 1.500)
            = 1.500.000 - 1.750.000
            = 250.000
EFEK MULTIPLIER (MULTIPLIER EFFECT)

Efek Multiplier adalah Efek dalam ekonomi di mana peningkatan pengeluaran nasional mempengaruhi pendapatan dan konsumsi menjadi lebih tinggi dibandingkan jumlah sebelumnya. Sebagai contoh, jika sebuah perusahaan membangun pabrik, maka mereka akan mempekerjakan pekerja konstruksi untuk bekerja di pabrik. Secara tidak langsung, pabrik baru itu akan mempengaruhi restoran, binatu dan industri jasa yang berada di sekitar pabrik.

Contoh:
 
Efek Multiplier / Efek Pengganda yang paling populer saat ini adalah Pengganda Pajak, Pengganda Investasi, dan Pengganda Belanja Pemerintah. Lalu bagaimana hal tersebut mempengaruhi pendapatan Nasional?

Yang pertama yaitu pajak, apa pengaruh perubahan pajak terhadap pendapatan nasional? Tentunya kita sekalian tahu bahwa Pajak akan mengurangi konsumsi masyarakat yang dilambangkan dengan variabel "C" dalam rumus  pendapatan nasional Y = C + I + G. Pertambahan pajak akan mengurangi konsumsi begitupun sebaliknya, penurunan pajak akan menaikkan konsumsi dan akan meningkatkan pendapatan nasional.

Selanjutnya adalah perubahan dalam Investasi dan Belanja Pemerintah yang dilambangkan dalam variabel I dan G. Hal ini akan jelas terlihat bahwa pertambahan Investasi dan Pengeluaran Pemerintah akan meningkatkan pendapatan nasional begitupun sebaliknya.
Selanjutnya, kita memiliki rumus pendapatan nasional sebagai berikut:

Y = C + I + G

Selanjutnya, kita juga memiliki fungsi konsumsi oleh J. M. Keynes seperti berikut:

C = a + b (DI)
Dimana C adalah konsumsi, a adalah konsumsi saat pendapatan = 0, b adalah MPC, dan DI adalah disposable income yang didapat dari Pendapatan dikurangi Pajak (DI = Y -T).
Sehingga kita dapat Fungsi Konsumsi secara lengakap:

C = a + b (Y-T)

Setelah mendapatkan rumus-rumus diatas, kita substitusikan pada rumus Pendapatan Nasional dimana:

Y = C + I + G

Y = a + b (Y-T) + I + G


Y= a + bY - bT + I + G


Y - bY = a - bT + I + G


Y(1-b) = a - bT + I + G

Rumus terakhir kita dapat:
  
Y = (a / (1-b)) - ( b / b-1) T + ( 1 / (1 - B)) I + (1 / (1-b)) G

Setelah mendapatkan rumus terakhir ini, maka dapat kita peroleh rumus pengganda pajak:

Pengganda Pajak = -MPC/(1-MPC)

Jadi, setiap penambahan 1 rupiah dalam pajak, akan menurunkan pendapatan nasional sebesar MPC/(1-MPC). misal MPC sebesar 0,8 maka penambahan pajak sebesar 1 rupiah akan menyebabkan penurunan pendapatan nasional sebesar 4 rupiah.
 

Sama halnya dengan pengganda Investasi dan pengganda pengeluaran pemerintah, tanpa melihat variabel lain berubah, didapat bahwa:
Pengganda investasi = 1 / (1 - MPC)


Pengganda Pengeluaran Pemerintah = 1 / (1 - MPC)

Asumsikan bahwa MPC sebesar 0,5. jadi tiap investasi bertambah sebesar 1 rupiah, maka akan terjadi penambahan pendapatan nasional sebesar 5 rupiah. tiap penambahan 1 rupiah dalam pengeluaran pemerintah akan meningkatkan pendapatan nasional sebesar 5 rupiah.
MULTIPLIER

Multiplier adalah suatu faktor yang mengukur berapa banyak perubahan suatu variabel endogen sebagai akibat perubahan variabel eksogen.

Ingat kembali variabel eksogen dan endogen: 

Variabel Eksogen (exogenous) adalah variabel yang dianggap memiliki pengaruh terhadap variabel yang lain, namun tidak dipengaruhi oleh variabel lain dalam model.
Variabel Endogen (endogenous) adalah variabel yang dianggap dipengaruhi oleh variabel lain dalam model.

Contoh Model:

a. ”Cara Mengajar Dosen” adalah A, ”Motivasi Belajar Mahasiswa” adalah B, dan ”Proses Belajar Mahasiswa” adalah C.

b. ”Cara Mengajar Dosen” karena tidak dipengaruhi oleh variabel yang lain adalah Variabel Eksogen.

c. ”Motivasi Belajar Mahasiswa” adalah Variabel Endogen, karena dipengaruhi oleh variabel ”Cara Mengajar Dosen. ”Proses Belajar Mahasiswa” juga Variabel Endogen karena dipengaruhi oleh ”Motivasi Belajar Mahasiswa”

Contoh Model dalam kasus ekonomi:

Perhatikan pernyataan berikut: “Harga beras di Jawa Barat tergantung kepada keadaan iklim di daerah penanaman padi di Jawa Barat”. Harga beras adalah variabel endogen karena perubahannya dipengaruhi oleh vaiabel lain dalam pernyataan itu, yaitu iklim. Iklim yang buruk mengurangi produksi dan ini akan menaikkan harga. Variabel yang kedua yaitu iklim, adalah variabel yang eksogen, karena ia tidak dipengaruhi oleh harga tetapi oleh faktor-faktor yang tidak dinytakan dalam teori tersebut.

Variabel endogen adalah variabel yang sifatnya diterangkan dalam teori terebut. Sedangkan variabel eksogen adalah variabel yang mempengaruhi variabel endogen tetapi ia ditentukan oleh faktor-faktor yang berada di luar teori tersebut. Untuk lebih memahami perbedaan kedua variabel tersebut perhatikan pernyataan berikut: “Harga beras di Jawa Barat tergantung kepada keadaan iklim di daerah penanaman padi di Jawa Barat”. Harga beras adalah variabel endogen karena perubahannya dipengaruhi oleh vaiabel lain dalam pernyataan itu, yaitu iklim. Iklim yang buruk mengurangiproduksi dan ini akan menaikkan harga. Variabel yang kedua yaitu iklim, adalah variabel yang eksogen, kerana ia tidak dipengaruhi oleh harga tetapi oleh faktor-faktor yang tidak dinytakan dalam teori tersebut.

Anda baru saja mencopy artikel di Blog Menara Ilmu dengan judul Sifa-Sifat Teori Ekonomi .Jika anda ingin menggandakan artikel ini, sertakan URL berikut sebagai sumber : http://menarailmuku.blogspot.com/2012/12/sifa-sifat-teori-ekonomi.html
Variabel endogen adalah variabel yang sifatnya diterangkan dalam teori terebut. Sedangkan variabel eksogen adalah variabel yang mempengaruhi variabel endogen tetapi ia ditentukan oleh faktor-faktor yang berada di luar teori tersebut. Untuk lebih memahami perbedaan kedua variabel tersebut perhatikan pernyataan berikut: “Harga beras di Jawa Barat tergantung kepada keadaan iklim di daerah penanaman padi di Jawa Barat”. Harga beras adalah variabel endogen karena perubahannya dipengaruhi oleh vaiabel lain dalam pernyataan itu, yaitu iklim. Iklim yang buruk mengurangiproduksi dan ini akan menaikkan harga. Variabel yang kedua yaitu iklim, adalah variabel yang eksogen, kerana ia tidak dipengaruhi oleh harga tetapi oleh faktor-faktor yang tidak dinytakan dalam teori tersebut.

Anda baru saja mencopy artikel di Blog Menara Ilmu dengan judul Sifa-Sifat Teori Ekonomi .Jika anda ingin menggandakan artikel ini, sertakan URL berikut sebagai sumber : http://menarailmuku.blogspot.com/2012/12/sifa-sifat-teori-ekonomi.html