KURVA AGGREGATE SUPPLY
DAN AGGREGATE DEMAND
Kurva aggregate supply dan demand sering digunakan untuk menganalisa kondisi makroekonomi.
Gambar diatas
menunjukkan contoh kurva aggregate supply dan demand dalam sebuah perekonomian.
Garis horizontal menunjukkan total output (real GDP) dari perekonomian. Dan
garis vertikal menunjukkan keseluruhan tingkat harga (price of GDP). P untuk
simbol tingkat harga dan Q untuk simbol real output.
Kurva downward-sloping adalah skedul aggregate
demand, atau AD curve. Itu menunjukan apa yang setiap orang dalam
perekonomian –konsumen, bisnis, orang asing, dan pemerintah- akan beli pada
berbagai agregat tingkat harga yang
berbeda (dengan faktor lain yang mempengaruhi tetap konstan). Dari kurva
tersebut, kita akan melihat bahwa keseluruhan tingkat harga pada angka 150,
total pengeluaran akan menjadi $3000 milyar (per tahun). Jika tingkat harga
naik ke angka 200, maka total pengeluaran akan jatuh ke angka $2300 milyar.
Kurva upward-sloping adalah skedul aggregate
supply , atau kurva AS. Kurva ini menunjukkan kuantitas barang dan jasa
yang bisnis ingin produksi dan jual pada berbagai tingkat harga (dengan faktor
lain penentu aggregate supply tetap konstan). Berdasarkan kurva tersebut,
bisnis akan menjual $3000 milyar pada tingkat harga 150; mereka akan ingin
menjual pada kuantitas yang lebih tinggi, $3300 milyar, jika harga naik menjadi
200. Saat tingkat dari total output yang diminta meningkat, bisnis akan menjual
lebih banyak barang dan jasa pada tingkat harga yang lebih tinggi.
Lalu bagaimana perekonomian mencapai keseimbangannya?
Atau, apa yang dimaksud dengan keseimbangan? Keseimbangan makroekonomi
(macroeconomic equilibrium) adalah kombinasi dari keseluruhan tingkat harga
dan kuantitas dimana semua pembeli dan penjual puas dengan semua pembayaran,
penjualan, serta harga-harga yang mereka dapatkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar