Sabtu, 01 Juni 2013

STUDI KASUS MANAJEMEN - MANAJERIAL IMPLICATORS
 
DO SOMETHING – HE’S ABOUT A SNAP
   
   Lynne Tabor, seorang manajer IT pada sebuah pabrik besar MMI, memiliki tim yang hebat. Semua orang bekerja keras dan bisa bergaul dengan sangat baik. Semua orang, kecuali Max Dyer. Max adalah programmer berbakat, tapi dia buruk dalam hal keahlian interpersonal. Sangat buruk, faktanya, tiga tahun yang lalu Lynne mengerjakan ulang pekerjaannya setelah karyawan-karyawan mengkomplain bahwa dia sama sekali tidak ikut bekerjasama dan bahkan melawan.
   Semenjak itu, dia menjadi pekerja keras, menambahkan jam ekstra dan akhirnya mampu menampilkan penampilan kerja yang bagus. Teman-teman kerja Max melihat adanya perubahan yang semakin buruk padanya. Benar, setiap orang di MMI yang merasa berada dalam bahaya setelah sebuah pemangkasan pekerja, melihat perilaku Max akan jauh lebih berbahaya, setelah laporan penembakan di tempat kerja di Seattle telah memenuhi pemberitaan. Paige mendengar Max berteriak teriak pada seseorang di telepon. George melihat Max menggantung sebuah sertfifikat dari tempat latihan menembak di ruangannya, dan Nicole, yang khawatir nyawa mereka semua akan berakhir karena kasus kekerasan di kantor, ingin tahu bagaimana Lynne membuat rencana untuk menjamin keselamatan mereka.
   Saat Lynne mencoba berbicara kepada Max, itu jelas bahwa Max selalu berpikir bahwa teman-teman kerjanya terus mencoba untuk memergokinya. Dan kebenarannya adalah, mereka percaya bahwa dia sangat cocok dengan profil pria berbahaya dalam pemberitaan.
 
QUESTION:
 
   Apa yang bisa Lynne lakukan kepada seorang karyawan yang bahkan tidak pernah terbukti mengancam siapapun?
 
ANSWER:
    
   Berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003 mengenai ketenagakerjaan, salah satu pasalnya menyebutkan bahwa pihak perusahaan dapat melakukan PHK kepada karyawan yang menyerang, menganiaya, mengancam, atau mengintimidasi teman kerja atau perusahaan di lingkungan pekerja. Tapi dalam kasus ini, sang karyawan tidak mengancam atau mengintimidasi teman kerjanya secara nyata. Hanya saja perilakunya yang aneh dan tertutup membuat teman-temannya melihatnya sebagai ancaman, apalgi dengan adanya kasus pembunuhan yang pelakunya terus diarahkan pada dirinya. Khusus untuk sikap tertutupnya, sang manajer tidak boleh ikut mendiamkannya, karena itu sama artinya dengannya mendukung sikap destruktifnya. Maka, cara-cara untuk membuatnya terbuka antara lain; Pertama, minta pendapatnya. Tanyakan pertanyaan yang jawabannya open-ended atau tidak berakhir dengan kata ya atau tidak. Tanyakan pertanyaan yang memerlukan jawaban deskriptif. Kedua, sesuaikan bahasa tubuh anda saat bicara, gunakan wajah yang rileks, tatapan mata yang santai, dan dengan sikap tubuh yang santun. Dan yang terakhir, berilah dia motivasi yang membuat dia harus berbicara di depan umum. Dengan cara-cara tersebut, diharapkan sang karyawan akan bisa lebih terbuka lagi, sehingga apapun masalahnya baik didalam maupun diluar perusahaan bisa dikomunikasikan, dan bersama-sama diberikan solusi. Jika tidak berhasil, maka manajer bersama HRD sebaiknya melakukan terapi padanya. Intinya, untuk menghadapi karyawan dengan perilaku seperti ini, jalan terbaik adalah dengan pendekatan personalia, bukan dengan sanksi-sanksi yang semakin membuatnya tertekan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar